Demam merupakan salah satu gejala yang paling sering dialami oleh siapa pun, dari anak-anak hingga orang dewasa. Ketika suhu tubuh meningkat, banyak orang langsung panik dan mencari obat untuk menurunkannya. Tidak sedikit pula yang langsung memutuskan untuk mengonsumsi antibiotik, dengan harapan demam akan segera reda. Sayangnya, pemahaman ini tidak sepenuhnya benar. Masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa antibiotik adalah obat untuk semua jenis demam, padahal kenyataannya tidak demikian.

    Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, bukan virus. Artinya, tidak semua penyakit yang menyebabkan demam dapat diobati dengan antibiotik. Sebagian besar penyebab demam justru berasal dari infeksi virus, seperti influenza (flu), demam berdarah dengue, atau infeksi saluran pernapasan ringan. Dalam kasus seperti ini, pemberian antibiotik tidak hanya tidak efektif, tetapi juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tubuh dan kesehatan masyarakat secara luas.

    Salah satu masalah utama dari penggunaan antibiotik yang tidak tepat adalah munculnya resistensi antibiotik. Ini adalah kondisi ketika bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik karena terlalu sering atau tidak tepat digunakan. Akibatnya, ketika seseorang benar-benar membutuhkan antibiotik di masa mendatang, obat tersebut mungkin tidak lagi mampu melawan infeksi yang terjadi. Hal ini tentu sangat berbahaya karena dapat menyebabkan infeksi menjadi lebih parah, sulit diobati, bahkan berujung pada kematian.

    Selain itu, penggunaan antibiotik secara sembarangan juga berisiko menimbulkan efek samping, seperti gangguan pencernaan, alergi, hingga reaksi yang lebih berat. Antibiotik juga dapat membunuh bakteri baik di dalam tubuh yang sebenarnya berperan penting dalam menjaga keseimbangan sistem imun dan kesehatan pencernaan.Lalu, bagaimana seharusnya kita bersikap ketika mengalami demam? Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengobservasi gejala lain yang menyertai, seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, ruam, atau nyeri di bagian tubuh tertentu. Demam yang berlangsung selama 1–3 hari tanpa gejala berat biasanya bisa ditangani dengan istirahat cukup, konsumsi cairan yang banyak, serta obat penurun demam seperti paracetamol. Namun, jika demam tidak kunjung reda, disertai gejala berat, atau dialami oleh kelompok rentan seperti anak kecil dan lansia, maka konsultasi ke dokter sangat disarankan.Penggunaan antibiotik harus berdasarkan diagnosis yang jelas dari tenaga medis. Terkadang dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti tes darah atau kultur untuk memastikan adanya infeksi bakteri. Dokter akan menentukan jenis antibiotik yang sesuai, dosis yang tepat, serta lama penggunaan agar obat bekerja secara optimal dan aman.

    Sebagai apoteker, saya merasa penting untuk terus mengedukasi masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang rasional dan bertanggung jawab. Jangan tergoda untuk membeli antibiotik tanpa resep atau menyimpan sisa antibiotik dari penyakit sebelumnya. Mari kita sadari bersama bahwa menjaga efektivitas antibiotik adalah tanggung jawab kita semua.

    Demam memang sering membuat khawatir, tetapi mengonsumsi antibiotik tanpa alasan yang tepat bukanlah solusinya. Justru dengan bijak dalam menggunakan obat, kita sedang melindungi diri kita sendiri dan generasi mendatang dari bahaya resistensi yang mengancam. Karena antibiotik, bukan untuk semua demam.